Poros Maritim, Membangun Konektivitas Global
Berbicara tentang poros maritim bukan hanya kita berbicara tentang orientasi pada pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan.Poros maritim mengarahkan pada keterhubungan antara darat dan laut,pembangunan ekonomi berintegrasi darat dan laut.
Salah satu agenda besar Indonesia adalah mempromosikan konektivitasnya dengan kawasan Asia-Pasifik. Namun tampaknya, hal ini harus dimulai dengan memperbaiki konektivitas nasionalnya. Konektivitas Nasional mencerminkan penyatuan empat elemen kebijakan nasional yaitu Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT).
Dalam Perpres No. 26/2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional dinyatakan bahwa pengembangan Sislognas merupakan salah satu prasarana dalam membangun daya saing nasional serta mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
Sistem logistik nasional merupakan salah satu komponen konektivitas nasional yang memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antarsektor ekonomi dan antarwilayah demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. Selain itu peran Sislognas adalah wahana pemersatu bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun kenyataannya, peringkat Logistic Performance Index (LPI) Indonesia merupakan yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN lain, yaitu peringkat 59, dibandingkan Filipina 52, Thailand 38 dan Malaysia 29.
Tingginya biaya logistik Indonesia mencapai 27 persen dari keseluruhan Produk Domestik Bruto.
Hal ini mengurangi daya saing kita, mengingat hal ini berdampak pada biaya distribusi, yang akan meningkatkan daya saing produk. Jika biaya angkut barang dan biaya ekspor rendah, daya saing akan meningkat. Daya saing diperlukan tidak hanya untuk menembus pasar ekspor, namun juga bisa mengamankan produk dalam negeri dari produk impor.Dalam menghadapi permasalahan sislognas ini, pemerintah telah mengembangkan cetak biru sistem logistik nasional. Ada tiga tahap yang direncanakan pemerintah dalam milestone kinerja logistik nasional sampai 2025.
Konektivitas nasional pada akhirnya tidak bisa terlepas dari jaringan transportasi laut sebagai tulang punggung logistik maritim. Pelabuhan utama nasional yang beroperasi saat ini berjumlah empat, yaitu Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Makassar. Dari keempatnya yang terbesar adalah Tanjung Priok. Kondisi transportasi maritim nasional harus mendapat perhatian khusus mengingat transportasi laut adalah tulang punggung sistem logistik nasional. Kondisi transportasi maritim saat ini masih harus mendapat perhatian khusus. Kondisi infrastruktur Indonesia juga masih terpusat di Jawa, sedangkan di wilayah lain, seperti wilayah Timur kurang mendapat perhatian.
Laut bisa jadi pemisah namun bisa juga penghubung dengan konektivitas yang baik. Konektivitas dalam hal ini adalah konektivitas institusional (sering disebut soft infrastructure), konektivitas fisik (hard infrastructure) dan konektivitas perorangan (people-to-people connectivity).
Konektivitas institusional ASEAN – terdiri dari liberalisasi dan mempermudah perdagangan, liberalisasi dan kemudahan dalam investasi dan jasa, perjanjian saling mengakui, perjanjian transportasi regional, prosedur lintas batas serta program pengembangan kapasitas – pada akhirnya ditujukan mencapai Masyarakat ASEAN. Berbagai kerjasama regional pun sudah dilakukan dan sudah terdapat berbagai kesepakatan regional.
Dalam Master Plan on ASEAN Connectivy bahkan sudah dirinci tahapan-tahapan untuk mencapai konektivitas kawasan ini. Mengingat 80 persen volume perdagangan global melalui laut, sudah sepantasnya trasportasi maritim mendapat perhatian khusus sebagai tulang punggung logistik kawasan. Sayangnya, di kawasan ini hanya Singapura dan Malaysia yang memiliki konektivitas (terutama dalam hal infrastruktur) yang yang efektif dan efisien dalam mendukung perdagangan global. Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah yang penting bagi ASEAN untuk membenahi infrastrukturnya guna mencapai kawasan yang saling terhubung.
Sementara itu, dalam tataran nasional, sistem logistik nasional merupakan salah satu komponen konektivitas nasional yang memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan sektor ekonomi dan antarwilayah demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, peringkat Logistic Performance Index (LPI) masih yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN yaitu peringkat 59 dan tingginya biaya logistik Indonesia mencapai 27 persen dari keseluruhan Produk Domestik Bruto. Hal ini mempengaruhi daya saing kita. Untuk itu pemerintah telah mengembangkan Cetak Biru Sistem Logistik Nasional yang dilakukan dengan tiga tahap dan tujuannya untuk “locally integrated, globally coneccted” diharapkan tercapai pada tahun 2025. Semoga. Bila semua peta, tabel, master plan, tahapan, misi milestone, semuanya menuju 2025; dan di bawah kontrol Maritim (Strategi Maritim?). Siapa yang akan mengontrol dalam peta besar “System thinking” yang dapat memperlihatkan aliran indeks, interaksi, interalia, interkoneksi, interoperabilitas, dll menuju tahun 2025