Bro Rivai Narasumber Dialog Kebangsaan Hari Lahir Pancasila
Rabu (7/6/2017). Didaulat menjadi Narasumber dalam Dialog Kebangsaan refleksi hari lahir pancasila yang digelar Bakornas Lapenmi-Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) di Kampus UIN Alauddin, Gowa.
Dalam forum ilmiah tersebut, saya memaparkan penilaian saya terkait jiwa nasionalisme dan nilai-nilai Pancasila. Jiwa nasionalisme harus ditumbuhkan mulai dari level daerah. Mengingat disintegrasi lebih rentan muncul di daerah ketimbang di ibu kota negara.
Daerah memiliki ego sektoral karena masing-masing punya kebanggaan sektoral masing-masing. Sehingga etos kebangsaan untuk mewujudkan cita-cita nasional di level daerah itu rendah. Karenanya, pembangunan kebangsaan itu harus dimulai dari daerah dengan tetap konsisten pada nilai-nilai pancasila.
Saya mengharapkan mahasiswa sebagai penerus bangsa tidak berhenti belajar dengan mengikuti kajian-kajian nasionalisme dan keislaman. Hasil riset Badan Pengkajian MPR menemukan 50 persen lebih produk Undang-undang kita itu tidak merujuk pada nilai-nilai pancasila, sementara undang-undang seharusnya merupakan penjabaran dari pancasila. Saya tidah tahu apakah anggota parlemennya yang tidak paham, ataukah kita yang tidak mau mengimplementasikan pancasila secara utuh, nilai-nilai pancasila tidak bertentangan dengan konsep Islam, bahkan justru sejalan. Lima sila dalam pancasila bisa ditemukan dalam konsep kepemimpinan Islam.
Pemimpin harus punya ketauhidan yang baik itu sejalan dengan sila pertama pancasila. Bahwa kita semua sederajat di mata Allah SWT itu sejalan dengan sila kedua pancasila. Bahwa kita harus membangun ukhuwah islamiyah itu sejalan dengan sila ketiga. Dalam kepemimpinan Islam kita mengenal konsep syuro atau musyawarah untuk mufakat, itu sejalan dengan sila keempat. Sila kelima pancasila juga kita praktekkan dalam Islam, berkaitan dengan keadilan dan kesejahteraan sosial.