Ngeduren bersama Pj Gubernur
Enak juga Sibolang Durian Medan. Ngeduren bersama Pj Gubernur Mayjen Purn Hasanuddin dan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen Mochammad Hasan.#BRORIVAICenter
Enak juga Sibolang Durian Medan. Ngeduren bersama Pj Gubernur Mayjen Purn Hasanuddin dan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen Mochammad Hasan.#BRORIVAICenter
Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel Terpilih, Nurdin Abdullah (NA) – Andi Sudirman Sulaiman (ASS) resmi dilantik hari ini, Rabu, 5 September 2018, di Gedung Istana Presiden RI, Jakarta.
Berbagai ucapan selamat membanjiri pasangan yang dikenal dengan tagline Prof Andalan ini. Tak terkecuali, Founder Brorivai Center, Abdul Rivai Ras.
Rivai Ras lewat siaran persnya, Rabu, 5 September 2018, mengharapkan pasangan Prof Andalan dapat membawa provinsi Sulsel ke arah yang lebih baik di masa periodenya 5 tahun ke depan (2018-2023).
“Ada empat isu lama yang masih mengemuka dan relevan untuk diatasi di Sulsel yakni pengentasan kemiskinan, perluasan lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, dan jaminan rasa aman warga. Secara kasat mata, saya melihat langsung penderitaan rakyat tingginya kemiskinan, pengangguran usia muda, jalan penghubung yang minim dan rusak parah, kampung terisolir, pasar kumuh dan isu kekerasan di kalangan anak muda,” ungkap pria yang akrab disapa Bro Rivai ini.
Abdul Rivai Ras (Founder Brorivai Center) bersama Nurdin Abdullah (Gubernur Sulsel)
Selain itu, dirinya juga mengharapkan Prof Andalan lebih memperhatikan persoalan rakyat Sulsel yang sifatnya fundamental dan mendasar, kemudian mengembankannya ke hal-hal yang lebih kompleks, inovatif dan multi-sektor seperti pengembangan ekonomi maritim dan teknologi.
“Sulsel punya kompleksitas untuk dikelola, karena ini bukanlah Kabupaten Bantaeng. Bantaeng wilayah kecil dan lebih mudah, tetapi paling tidak sudah punya konsep yang relatif dapat dikembangkan pada level provinsi,” terangnya.
Diketahui, Nurdin Abdullah menjabat sebagai Bupati Bantaeng selama dua periode sebelum dirinya terpilih sebagai Gubernur Sulsel di Pilkada Serentak pada Juni 2018 lalu.
Merubah Sulsel dengan cepat, kata Rivai Ras, sepanjang kinerja dan sinergi semua Bupati di Sulsel bisa membangun secara stimulan. Dan itu semua tergantung program yang mana menjadi pilihan prioritas dan bisa diakselerasikan.
“Semoga pak Nurdin Abdullah dan wakilnya bisa mengubah Sulsel jadi provinsi terkemuka dan disegani di Indonesia, seperti harapan kita semua. Selamat bekerja dan semoga amanah,” pungkas Bro Rivai.
Senin (15/5/2017), pukul 02.00 wita dini hari terjadi musibah kebakaran yang menimpa saudara kita, warga jln.Malengkeri kel.Mangasa kec.Tamalate RT 03 / RW 02 dan RW.04 Makassar, akibat gangguan arus pendek. Sebanyak 39 rumah terbakar dan 148 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Mendengar informasi musibah tersebut, Tim Satgas Bro Rivai turun tangan membantu saudara-saudara kita yang saat ini masih bermukim di tenda-tenda darurat dan sangat mengharapkan uluran tangan dari kita semua. Puji syukur kami panjatkan karena tidak ada korban luka dan korban jiwa akibat musibah tersebut.
Segenap Tim Bro Rivai dan Staf Rumah Cerdas Ta’ turut berduka atas musibah yang melanda saudara-saudara kami, warga kel.Mangasa. Semoga bantuan yang kami salurkan dapat mengurangi sedikit kesedihan dari para korban.
BroRivai pilgubsulsel2018, toraja, toraja utara 0 Comment
MAKASSAR, INIKATA.com – Dua Bakal Calon Gubernur asal kabupaten Bone, Abdul Rivai Ras alias Bro Rivai dan Nurdin Khalid (NH) bersaing memperebutkan simpati masyarakat Kabupaten Tana Toraja (Tator) dan Toraja Utara (Torut), Senin-Selasa (8-9/5/2017)
Inilah negeri yang lebih dari setengah abad merdeka tapi masih mengimpor garam. Dan ternyata bukan hanya garam yang diimpor, sampai sekarang beras dan daging pun diimpor.
Padahal sekarang produksi garam kita untuk rumah tangga mengalami surplus 300-500 ribu ton. Jadi tidak ada alasan untuk terus-menerus lakukan impor, baik garam untuk rumah tangga maupun industri.
Potensi Indonesia untuk membuka ladang garam adalah seluas 28.000 hektar, yang jika digarap dengan teknologi geomembran dapat menghasilkan 100 ton per hektar setiap musim. Ini semua sebenarnya sudah bisa menutup kebutuhan semua jenis garam dalam negeri.
Sangat disayangkan potensi ini tidak dilirik sama sekali ,Indonesia saat ini mengimpor garam terbesar dari Australia (733.000 ton senilai 34,2 juta US dolar), India (189.000 ton senilai 7,89 juta US dolar), dan Jerman (177.000 ton senilai 445 ribu US dolar). Selain itu dalam jumlah kecil garam juga diimpor dari Selandia Baru (816 ton senilai 325 ribu US dolar) dan Singapura (663,9 ton senilai 142 ribu US dolar).Volume dan nilai impor garam Indonesia setiap tahun adalah 2.579 ton atau senilai Rp 600 miliar lebih setahun.
Khusus untuk produksi garam sulawesi selatan.khusus di tiga daerah yang menjadi sentra yakni jeneponto,takalar dan pangkep. Yang jadi masalah produksi garam petani masih belum baik secara kualitas, sehingga berdampak pada nilai jual yang rendah. Akibatnya, para petani garam belum bisa menikmati hasilnya. Kualitas garam dari petani di tiga daerah itu juga tidak sebaik produk impor, seperti kadar air yang lebih dari 5%, kadar NaCl di bawah 95%, sehingga membuat garam lokal kalah bersaing di pasaran dalam negeri sendiri. Belum lagi teknologi pembuatan garam petani menggunakan alat secara tradisional sehingga rata-rata petani menghasilkan garam dengan kualitas dan produktivitas yang rendah (kadar NaCl 75-80%).
Deklarasi Djuanda 1957 yang menegaskan konsepsi Wawasan Nusantara memberikan kita anugerah yang luar biasa baik itu laut, darat maupun udara. Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,2 juta km persegi dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2. Selain itu, terdapat 17.504 pulau di Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181 km.Potensi sumberdaya maritim kita cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari perikanan, termasuk perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan sebesar US$ 47 miliar per tahun. Sedangkan dari pariwisata bahari mencapai US$ 29 miliar per tahun. Dari energi terbarukan sebesar US$ 80 miliar per tahun yang terdiri dari energi arus laut, pasang surut, gelombang, biofuel alga, panas laut.
Sementara Biofarmasetika laut sebesar US$ 330 miliar per tahun. Dengan melimpahnya keanekaragaman hayati laut indonesia, dapat digunakan untuk pengembangan industri bioteknologi bahan pangan,obat-obatan, kosmetika dan bioremediasi.
Sedangkan dari sektor transportasi laut ada potensi US$ 90 miliar per tahun. Sementara minyak bumi dan gas offshore senilai US$ 68 miliar. Sebanyak 70% dari produksi minyak dan gas bumi berasal dari pesisir, dengan 40 dari 60 cekungan potensial mengandung migas terdapat di lepas pantai, 14 di pesisir dan hanya 6 di daratan.
Hasil seabed mineral mencapai US$ 256 miliar per tahun, sektor industri dan jasa maritim mencapai US$ 72 miliar per tahun dan garam mencapai US$ 28 miliar per tahun..Laut kita memiliki peran geokonomi yang sangat strategis bagi kemajuan dan kemakmuran Indonesia.Laut kita mengandung kekayaan alam yang sangat besar dan beragam, baik berupa sumberdaya terbarukan (seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan produk-produk bioteknologi); sumberdaya tak terbarukan (seperti minyak dan gas bumi, timah, bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya); energi kelautan (seperti pasang-surut, gelombang, angin, dan OTEC atau Ocean Thermal Energy Conversion); maupun jasa-jasa lingkungan kelautan seperti untuk pariwisata bahari, transportasi laut, dan sumber keragaman hayati serta plasma nutfah.
Minimnya keberpihakan kepada sektor maritim (maritime policy) salah satunya menyebabkan masih semrawutnya penataan Selat Malaka yang sejatinya menjadi sumber devisa, hal lainnya adalah pelabuhan dalam negeri belum menjadi international hub port, ZEE yang masih terlantar, penamaan dan pengembangan pulau-pulau kecil, terutama di wilayah perbatasan negara tidak kunjung tuntas, serta makin maraknya praktik illegal fishing, illegal drug traficking, traficking, kejahatan trans-nasional dimana semakin meningkatnya penyelundupan di perairan Indonesia.
Padahal, sejatinya posisi strategis Indonesia banyak memberikan manfaat, setidaknya dalam tiga aspek, yaitu; alur laut kepulauan bagi pelayaran internasional (innocent passage, transit passage, dan archipelagic sea lane passage) berdasarkan ketentuan IMO; luas laut territorial yang dilaksanakan sejak Deklarasi Djuanda 1957 sampai dengan Unclos 1982 yang mempunyai sumberdaya kelautan demikian melimpah; dan sumber devisa yang luar biasa jika dikelola dengan baik .For Indonesia,Blue Economy is Our Next Frontier…
Dalam Diskusi membangun ekonomi sulawesi selatan dalam prospektif mritim.DR.ir.H.ABDUL RIVAI RAS MM,MS,MSi
Hari ini,6 April diperingati sebagai Hari Nelayan Nasional.
Tak banyak pemberitaan yang membahas hari nelayan, tak ada peringatan gegap gempita,tak banyak pula yang sadar dan mau peduli dengan nasib nelayan di Republik ini.
Walau sudah menancapkan diri sebagai negara poros maritim dunia, Indonesia belum sepenuh hati mengangkat nelayan dari garis kemiskinan.
Tingkat kesejahteraan nelayan pun belum kunjung membaik. Masih terseok seok diantara 31,02 juta jiwa penduduk miskin nasional yaitu 7,87 juta jiwa nelayan miskin Indonesia.
Nelayan memang sebuah profesi yang jauh dari mentereng. Dengan kulit gelap terbakar matahari.
Dan bau amis karena harus bergumul dengan ikan hasil tangkapan Jam kerja yang tidak biasa, karena harus pergi melaut hingga berhari hari.Profesi nelayan memang tak mentereng karena itupula tak banyak diminati oleh anak muda zaman sekarang .
Profesi yang disebut sebut hanya pelarian karena tak diterima diprofesi kerja lainnya.Sungguh miris…Karena terbalik dengan sumber daya laut yang begitu melimpah .
Ironi..bila melihat apa yang terjadi dengan nelayan Indonesia. Hidup merana, terbelit hutang , rumah tidak layak dan hidup jauh dari sehat.
Lalu,bagaimana dengan negeri ini.
Bangsa besar yang mengaku bernenek moyang seorang pelaut .
Adakah bangsa yang kita cintai ini mencintai para nelayannya..
Selamat hari nelayan nasional 2016
DR Ir H ABDUL RIVAI RAS MM MS MSi.