Lebaran di Tahun Politik, Gemakan Takbir dan Tebar Kedamaian
Sebentar lagi umat muslim memasuki Hari Raya Idul Fitri (Lebaran). Hiruk pikuk aktivitas masyarakat tertuju pada hari libur panjang untuk bisa berkumpul dengan sanak keluarga, kerabat dan handai taulan.
Tak hanya berkumpul, di momen Fitrah tersebut, berbagai kelompok masyarakat maupun komunitas memanfaatkannya sebagai ajang temu kangen dan reuni.
Selain itu, lebaran Idul Fitri ini menjadi perhatian besar masyarakat dunia, tak hanya warga muslim di Indonesia. Momen tersebut adalah yang paling ditunggu-tunggu semua umat islam. Pasalnya, di waktu semacam ini ada banyak kebiasaan unik yang biasa dilakukan, khususnya bagi umat muslim di Indonesia.
Biasanya setelah salat Id dilaksanakan, warga akan melakukan silaturahmi kepada sesama umat Islam. Silaturahmi ini pun biasanya tak hanya dilakukan dengan tetangga terdekat saja, melainkan juga keluarga jauh yang akan berkumpul bersama di momen ini.
Lebaran di Tahun Politik
Berkaitan dengan tahun politik, soal suasana lebaran, tentunya ada perbedaan antara tahun-tahun sebelumnya karena diwarnai gemuruh suara kampanye dalam setiap momen silaturrahmi.
Nuansa kebersamaan di hari lebaran boleh jadi akan terasa lebih seru, karena dihadapkan pada pilihan yang berbeda mulai di lingkungan keluarga, sahabat, komunitas maupun di lingkungan kerja dan masyarakat.
Potret hangatnya lebaran di masa lalu seharusnya tidak boleh hilang, karena di hari yang fitrah itu, kita dapat membangun kebersamaan, saling maaf memaafkan sembari mensucikan diri dan membenahi hati.
Lebaran Idul Fitri di tahun politik menjadi wahana untuk menguatkan diri dalam mempersatukan bangsa di tengah perbedaan pandangan, preferensi maupun kepentingan yang bersifat primordial.
Terlalu mahal kita bisa bercerai berai karena kepentingan duniawi semata, sehingga selayaknya para kandidat, tim sukses, relawan dan simpatisan menghayati makna hari kemenangan itu. Bukan hanya kemenangan sendiri!. Tahun ini (2018), Indonesia bakal menggelar 171 pemilihan kepada daerah (Pilkada) secara langsung, dan akan berlanjut ke tahun berikutnya pesta demokrasi untuk memilih Anggota Legislatif dan Presiden.
Yang pasti akan menghangatkan kompetisi bahkan memanaskan dunia politik di tanah air. Oleh karena itu, idealnya dalam momentum lebaran ini kita harus menjaga sikap dan tutur kata dalam melakukan kampanye politik. Sejatinya kata-kata yang keluar dari mulut kita (Politisi) seharusnya menjadi sarana mengembangkan kesadaran kemanusiaan untuk menyampaikan kebenaran dan keyakinan positif.
Politisi itu adalah moralis “pemintal kata-kata”. Meski pada sisi yang lainnya, menurut filsuf Perancis, Voltaire, “politik adalah seni merancang kebohongan. Mari menggemakan takbir, tebar kedamaian, dan harumkan Bangsa!