Pesan Ramadhan Bro Rivai: Jangan Merasa Lebih Mulia

 Tinggi diri atau dalam Islam disebut ujub adalah salah satu penyakit hati yang tercela. Ujub adalah sikap dimana seseorang merasa derajat dan martabatnya lebih tinggi dan mulia‎ dibanding orang lain.

Bakal Calon Gubernur Sulsel, Abdul Rivai Ras (Bro Rivai) mengingatkan umat muslim untuk menghindari sikap ujub. Alumni Pondok Pesantren IMMIM Putra ini menjelaskan, Allah SWT membenci orang-orang yang takabur (sombong), riya (suka pamer), dan ujub (tinggi diri), bahkan Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadisnya menjaminkan murka Allah bagi orang yang bersikap ujub dan takabur.

“‎Jangan karena kita punya status sehingga kita merendahkan orang lain, dan menganggap diri sendiri lebih tinggi derajatnya.‎ Pemimpin yang merasa diri lebih mulia, itu dosa, karena semua manusia memiliki derajat yang sama di mata Allah SWT,” kata Bro Rivai saat membawakan kuliah tujuh menit usai shalat subuh berjamaah di Masjid Al-Muntaha, Jalan Kakaktua, Makassar, Rabu (31/5/2017).

Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menjelaskan, para khaulafar rasyidin, mulai dari Abu Bakar As Siddiq hingga Ali Bin Abi Thalib mencontohkan kepemimpinan yang jauh dari sikap ujub. Mereka menempatkan dirinya sederajat dengan orang-orang yang dipimpin. Pangkat dan gelar, lanjutnya, justru akan membangun sosial gap atau jarak/kasta antara pemimpin dengan yang dipimpin. ‎

“Tidak baik memamerkan gelar-gelar yang dimiliki seperti gelar kebangsawanan, kepangkatan, gelar akademik, apalagi bila dengan sengaja merekayasa diri menjadi seorang yang berstatus lebih tinggi dibanding yang lain. Sikap-sikap seperti itu perlu kita tanggalkan karena untuk membangun hubungan dengan masyarakat dibutuhkan rasa kesetaraan dan kesederajatan,” imbuh Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia ini.

Tak heran bila ‎pendiri Universitas ‎Pertahanan ini lebih senang disapa Bro Rivai, ketimbang dipanggil menggunakan gelar doktor maupun pangkat kolonel apalagi disapa puang yang kesannya primordial. Bro yang berarti saudara dalam bahasa pergaulan anak muda, diharapkan bisa meruntuhkan dinding hierarkis antara dirinya dengan masyarakat.