Kerjasama Indo-Pasifik Harus Kompatibel dengan Poros Maritim Dunia
Jakarta – Indonesia kini sedang mengembangkan kerjasama Indo-Pasifik dalam mendukung Poros Maritim Dunia. Berbagai wacana yang muncul yakni apakah memprioritaskan pada kerjasama keamanan-pertahanan atau ekonomi, mengingat Indo-Pasifik menjadi area kerjasama yang sensitif dan sarat dengan pendekatan geopolitik bagi kepentingan Amerika Serikat (AS) dan koalisinya menghadapi “China’s Belt and Road Initiative”.
Isu pengembangan kerjasama Indo-Pasifik menjadi topik khusus yang dibicarakan dalam diskusi pada rapat Kelompok Kerja Khusus (Pokjasus) Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat No.15, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Oktober 2018.
Rapat Kelompok Kerja Khusus-Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional tentang Pengembangan Kerjasama Indo-Pasifik, Selasa 2 Oktober 2018
“Topik ini penting untuk dibicarakan karena dapat mempengaruhi peran sentral dan relevansi ASEAN sebagai kawasan yang menjadi poros Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sekaligus harus kompatibel dengan konsep Indonesia terkait dengan Poros Maritim Dunia,” jelas pakar keamanan maritim dan ketahanan nasional, Dr. Abdul Rivai Ras, selaku pembicara dalam rapat terbatas tersebut.
Lebih lanjut, Rivai menyampaikan ada tiga kecenderungan yang menjadi pertimbangan dalam melihat isu Indo-Pasifik, yakni pentingnya kekuatan, inovasi, dan kolaborasi maritim. Kerjasama ini diharapkan dapat fokus dalam mengembangkan program yang berbasis pada ekonomi biru (kelautan, perikanan, lingkungan) dan teknologi maritim.
Disamping itu, juga dapat diarahkan kerjasama praktis keamanan maritim seperti konsep “strategic assistance” dalam konteks bantuan bencana dan kemanusiaan. Manfaatnya jelas, misalnya dalam menangani korban bencana-tsunami di wilayah “ring of fire” seperti Indonesia.
“Indo-Pasifik merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi paling dinamis di dunia saat ini, sehingga memerlukan perhatian bagi pemerintah. Skala ekonomi negara-negara peserta yang tergabung di kawasan ini, nampak cukup menjanjikan dilihat dari GDP-Purchasing Power Parity, mencapai lebih dari USD 65,8 triliun tahun ini,” papar pendiri Universitas Pertahanan ini.
Kawasan Indo-Pasifik adalah wilayah alamiah yang berdimensi maritim, ditempati sejumlah negara yang lebih luas dari kawasan Asia Pasifik yang berdimensi kontinental, menghubungkan Asia dan Afrika, dan menempatkan Asia Tenggara sebagai pusat kawasan tersebut.
Aktor negara pemain kunci di kawasan ini yakni Amerika Serikat, India, Jepang dan Australia. Indo-Pasifik juga menjadi konsep baru dalam mengoptimalkan struktur kerjasama dalam memperkaya arsitektur kawasan. Bahkan konsep ini dinilai sebagai counter-balance AS dan koalisinya untuk menghadang pengembangan “Jalur Sutera Tiongkok”.
Kini Pentagon telah mengubah nama komando Pasifik AS menjadi Komando Indo-Pasifik AS. Menurut Rivai, hal ini merupakan langkah simbolik untuk menghargai peran India, yang meningkat belakangan ini.
Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, mulai menggunakan istilah Indo Pasifik sejak 2017 untuk menyebut nama kawasan Asia Pasifik.
“Ini juga langkah strategis AS untuk menghadang sikap agresif Cina di Laut Cina Selatan,” tutup Rivai Ras yang merupakan penulis buku “Konflik Laut Cina Selatan dan Ketahanan Regional Asia Pasifik”.