Jangan Salah Pilih Pemimpin, Begini Sentilan-Sentilun Bro Rivai
Secara umum, khususnya di Sulawesi Selatan, Pilkada serentak 2018 sudah didepan mata dan kini masyarakat mulai bimbang. Semestinya masyarakat yang semakin terdidik akan menentukan pilihannya kelak secara rasional. Apalagi orang Sulsel dikenal sebagai masyarakat yang taat dan punya rasa malu atau budaya siri na’ pacce.
Abdul Rivai Ras atau akrab disapa Bro Rivai berkomentar tentang kondisi pemilih di tanah para petarung itu, ia menceritakan tentang sebuah obrolan yang kemudian mengundang reaksi dan persepsi perihal orang terdidik yang kini tak lagi mempertahankan idealismenya.
Menurutnya, dalam suatu diskusi dengan sejumlah komunitas orang Sulsel di sebuah cafe di Jakarta, sontak seseorang mengangkat bicara dan berkata “apakah orang Sulsel itu umumnya sudah buta? atau sudah pasrah dengan pilihan yang ada?”. Seperti dikutip dari Bro Rivai.
“Seketika itu juga suasana perbincangan kita menjadi berubah karena tersentak oleh perkataan yang sangat sinis dengan muka berkerut yang penuh rasa kecewa. Mereka nampak kesal karena kasatmata orang Sulsel kini dinilai terhipnotis untuk mengarahkan pilihannya kepada salah satu kandidat” ungkap Bro Rivai, Senin (16/4/2018).
Lanjutnya, Entah itu siapa, yang jelas mereka menggambarkan tentang sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi yang notabene sangat terdidik dan dianggap sangat dihormati justru keberadaannya tidak lagi punya idealisme.
“Alasannya sederhana, dahulu mereka melihat selalu meneriakkan tentang moral dan mengajarkan untuk jauh pada hal hal yang beraroma KKN, namun sebaliknya sekarang tidak lagi menunjukkan eksistensinya bahkan kecerdasannya sebagai masyarakat terdidik,” terang Bro Rivai dalam analisanya ketika berdiskusi di cafe tersebut.
Salah satu pendiri Universitas Pertahanan (unhan) ini menggambarkan bahwa misalnya saja, ada tokoh yang dahulu sangat dihormati karena status dan jabatannya, tapi karena kepentingan dan pragmatisme politik yang menjadikannya sesuatu yang patut menjadi tidak lagi punya kepatutan.
“Sikap kenegarawanannya hilang di telan bumi, karena mati-matian (fanatik) mendorong etnis/suku dan daerah tertentu untuk menentukan pilihan terhadap salah satu kandidat,” jelas Bro Rivai dalam penjelasannya.
Sungguh tidak masuk akal karena dibanyak kesempatan, mereka berteriak pilih pemimpin yang baik tetapi sebaliknya menganjurkan pemimpin yang punya masa kelam yang sulit dilupakan. Saya kira kita harus menjaga marwah dan harga diri orang Sulsel yang dikenal selektif, terhormat dan terdidik.
Lebih jauh, Founder Bro Rivai Center ini berharap memilih pemimpin sebaiknya pakai asal sehat, tidak menjual suku, agama maupun golongan tertentu, termasuk calon pemimpin yang benar benar punya kapasitas, berakhlak dan tidak cacat sejarah.
“Karena itu, jangan salah pilih pemimpin!” tutup Bro Rivai.
Sehingga pemimpin yang terpilih nantinya bisa menjadi kebanggaan dan tidak mempermalukan orang Sulsel. Mari kita kawal demokrasi dan kemajuan Sulsel. Pemimpin itu bukan warisan, bukan pula mainan untuk mengejar status, tetapi murni sebagai suritauladan atau panutan bagi warganya. (**)