Makna Hari Kesaktian Pancasila Buat Generasi Muda
Hari kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober merupakan pengingat perjalanan sejarah bagaimana bangsa Indonesia mempertahankan ideologi negara. Ada perjuangan panjang yang harus terus diingat oleh setiap generasi dan menjadi cermin dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agar generasi muda tidak lupa, kita harus terus mengingatkan perjuangan tersebut. Tidak berhenti pada mengingatnya sebagai ideologi saja. Akan tetapi harus diikuti dengan implementasi lima silanya di kehidupan sehari-hari
Beberapa hal yang perlu kita tanamkan kepada generasi muda adalah
1. Pancasila sebagai pemersatu
Begitu banyak suku yang mendiami Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragaman yang ada ini perlu dipersatukan dalam sebuah ideologi dan dasar negara yang kuat.Pancasila mewadahi semua perbedaan ini. Kelima silanya menjadi pedoman bagi setiap rakyat Indonesia.
2. Kekerasan bukanlah jawaban
Terlepas dari segala maksud yang hendak disampaikan oleh PKI pada masanya, kekerasan bukanlah cara untuk menyampaikan aspirasi. Kerasnya dunia politik, kerap menghalalkan segala cara untuk mewujudkan ambisi dan mimpi. Kedamaian pun dikorbankan, mengatasnamakan perjuangan rakyat kecil. Meski terdengar naïf dan mustahil, jika generasi masa depan Indonesia memiliki prinsip untuk berdiplomasi tanpa melibatkan kekerasan, dunia damai tenteram tanpa perang mungkin bukan sebatas impian. Pancasila sendiri tidak mengamini kekerasan sebagai cara kita mengeluarkan pendapat dan bertindak. Kekeluargaan dan gotong royong, inilah yang mencerminkan jiwa Pancasila sejati.
3. Berhenti Mementingkan Kepentingan Sendiri
Kita harus mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Pembentukan karakter semacam ini seyogyanya ditempa sedari dini. Anak yang sejak kecil mengerti arti kejujuran, tentu akan tegas berkata “tidak” kepada korupsi dan pelanggaran hukum lainnya. Empati, tenggang rasa, dan toleransi; memahami bahwa orang lain juga memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak dapat serta merta dikesampingkan.
4. Bukti sejati Kesaktian Pancasila
Perlihatkan secara nyata apa yang sedang terjadi pada negeri ini. Tunjukkan dua wajah yang ada. Kebobrokan, keterpurukan, dan hal-hal yang tidak sepantasnya terjadi. Di sisi lain, nyalakan optimisme melalui gerakan-gerakan yang muncul, sekecil apapun itu, bahwa masih ada rakyat Indonesia yang peduli akan masa depan negeri ini. Ajak anak-anak untuk ikut dalam gerakan sederhana yang bermanfaat untuk perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik.
Dasar negara kita akan terus mengalami tempaan dan ujian di masa mendatang. Dengan generasi penerus yang tangguh, ia akan terus berdiri tegak dan Pancasila pun tak goyah hingga akhir nanti.
Fakta Garuda Pancasila Yang Mungkin Belum Kamu Ketahui
1. Garuda adalah Hewan Mitologi
Burung garuda merupakan mitologi yang ada di dalam Agama Hindu dan Buddha. Nama garuda sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu Garula. Burung Garuda adalah burung gagah berani yang menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah keemasan, bertubuh seperti manusia yang memiliki tangan dan kaki dan berukuran sangat besar. Bagi masyarakat Jawa dan Bali, burung Garuda sangat familiar dan bisa ditemui dalam candi-candi ataupun situs purbakala.
Dalam berbagai kisah, burung Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan dan disiplin. Burung Garuda juga memiliki sifat Wisnu sebagai pemelihara dan penjaga alam semesta. Burung Garuda dipilih sebagai lambang negara Indonesia untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang kokoh dan kuat.
2. Perancang Pertama Kali ialah Sultan Hamid II
Setelah Panitia Lencana Negara mengadakan voting rancangan Lambang Negara, terpilih dua usulan pertama yaitu dari M. Yamin dan Sultan Hamid II. Setelah melangsungkan beberapa kali musyawarah, akhirnya desain usulan Sultan Hamid II lah yang terpilih.
Rancangan gambar burung garuda yang berkalungkan perisai dengan beberapa gambar pada bagian tengahnya tersebut kemudian diperbarui dan ditetapkan sebagai lambang negara resmi oleh Presiden Soekarno melalui Sidang Kabinet RI pada tanggal 11 Februari 1950 dan penggunaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No 43/1958.
3. Burung Garuda Hampir Mirip dengan Elang Jawa
Elang Jawa atau Nisaetus bartels dinilai sebagai rupa asli Burung Garuda. Bukan hanya bentuk fisik dengan sayap cokelat keemasan yang sama, Elang Jawa juga mempunyai jambul yang tidak dimiliki oleh unggas lainnya dan digambarkan dengan sempurna dalam Burung Garuda. Walaupun digunakan sebagai simbol Negara, faktanya eksistensi burung Elang Jawa yang dibilang 99% mirip dengan Garuda sudah hampir punah, bahkan di daerah asal mereka, yaitu di Jawa. Faktanya, walaupun banyak penelitian yang menunjukan bahwa Elang Jawa memiliki kemiripan hampir 99%, beberapa penelitian lain mengatakan bahwa kedua jenis burung ini sangatlah berbeda dan sampai saat ini, eksistensi dari Burung Garuda masih menjadi sebuah perdebatan.
4. Desain Garuda Pancasila Sudah Pernah Ada Sebelum Era Kemerdekaan
Ternyata lambang Garuda Pancasila mirip dengan lambang kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Kerajaan tertua di Indonesia. Tapi apakah Garuda Pancasila meniru lambang itu? Perlu penelitian lebih lanjut. Memang secara keseluruhan, lambang Kerajaan Samudera Pasai dan Garuda Pancasila tidak sama, akan tetapi jika dilihat secara sekilas, mulai dari bentangan sayap, kepala yang menoleh ke kanan, kaki yang mencengkeram pita sampai dengan perisai di dada yang terbagi 5, juga ada pada lambang Kerajaan Samudera Pasai.
5. Terdapat Semboyan Bhinneka Tunggal Ika di Cengkraman Kaki Garuda
Pasti kamu sering mendengar semboyan tersebut, tentunya dong sebagai warga Indonesia masa sih belum pernah denger semboyan itu sama sekali. Tapi, udah tau belum arti atau pengertian dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika?
Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah frasa dari jawa kuno yang diartikan menjadi “Berbeda-Beda tapi tetap satu“. Nah jika kita melihat arti dari per-katanya maka akan menghasilkan pengertian yang maksudnya sama dengan diatas, yaitu Bhinneka yang berarti “Beraneka Ragam” atau berbeda-beda, Tunggal berarti “satu” dan Ika berarti “itu”.